APANYA YANG HARUS DIFANATIKAN?


Walaupun saya suka membaca Surah Al-Fatihah, bukan berarti saya Muslim. Meski saya kadang komat-kamit wiridan Namo Amitabha, bukan berarti saya pemeluk agama Buddha. Kadang juga saya merapal Mantra Gayatri, bukan berarti saya orang Hindu. Doa Bapa Kami juga kadang saya panjatkan, tapi bukan berarti saya seorang umat Kristiani.

Yang diharapkan sebagai hasil dari seluruh bacaan itu hanyalah: kemanfaatan kita sebagai manusia terhadap sekitar; di waktu dan tempat di mana kita berada.

Saya meyakini bahwa semua agama itu punya unsur kebaikan. Saya juga meyakini bahwa semua agama diciptakan oleh manusia, bukan datang "Jeblug" langsung dari Tuhan. Lagipula, konsep tentang Tuhan pun juga buatan manusia. Saya menghargai hasil karya manusia, maka saya tak ingin mengikatkan hati saya pada satu agama tertentu, sebab semua agama itu adalah milik manusia.

Demikian pula konsep tentang Tuhan, saya punya konsep tersendiri tentang Tuhan yang, pada taraf tertentu dan kondisi tertentu, bisa berbeda dengan konsep yang diajukan orang lain tentang Tuhan. Atau lebih praktisnya, lebih baik menganggap Tuhan itu Tiada daripada menganggap-Nya Ada tetapi Anda menyembahnya seperti berhala, atau, yang lebih parah lagi, sesuka hati, Anda berbuat kejahatan di dunia, atau menjadi alat penguasa.

Ya, bagi Guru-Guru Bijak terdahulu, Tuhan hanyalah sebuah simbol untuk mempermudah kita mengerti akan sesuatu yang adialami yang, tentu saja, berada di luar jangkauan kata-kata maupun seluruh kategori yang kita punya.

Kefanatikan yang terjadi hari ini rasa-rasanya sudah kadaluarsa, bukan jamannya lagi. Sudah berapa korban yang mati sia-sia demi membela Tuhannya, demi simbol yang sebenarnya bikinan manusia. Masing-masing golongan mengklaim simbol agamanya sebagai "jimat penyelamat"; orang Islam dengan lambang bulan-bintang nya, orang Kritsiani dengan salibnya, Yahudi dengan bintang Daud-nya, Hindu-Buddha dengan swastikanya, dan lain-lain.

Tahukah kalian, lambang bulan-bintang dulunya adalah lambang Kota Konstantinopel (Bizantium Kristen) yang diadopsi dan dilanjutkan oleh Kesultanan Turki Utsmani sebagai lambang negara hingga Turki sekuler saat ini, tanda salib tak lain adalah lambang tubuh kita sendiri, swastika merupakan lambang kebaikan yang juga banyak ditemui di masjid-masjid dan gereja-gereja di Eropa, lambang Wheel of Dharma-nya umat Buddha tak lain adalah simbol penyatuan kosmik.

Seorang teman yang sempit pemikirannya, menganggap orang yang bilang "alhamdulillah" adalah beragama Islam. Jangan salah, umat Kristiani di Suriah, Lebanon, Mesir, Palestina, dll juga bilang "alhamdulillah" saat mereka bersyukur, itu karena mereka berbahasa Arab. Jadi, jangan pernah mencampur-adukkan agama dan bahasa.

Semua lambang itu, tak ada larangan bagi kita untuk menggunakannya yang mana saja, tak akan ada petir menyambar jika Anda menggunakan salah satunya yang bukan berasal dari agama latar belakang Anda. Karena semuanya adalah milik manusia. Ya, milik seluruh manusia.

Sebagai penutup, saya ucapkan Alhamdulillah, sebagai ucapan terima kasih atas segala pemberian semesta. Atas nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, semoga kita senantiasa diberi kematangan spiritual layaknya pencerahan Sang Buddha.

Amen.
Om santi santi santi Om..

"9"


Home Home Home