MASIHKAH MENGANGGAP TUHAN TERPISAH DARI KITA?


Pemahaman awam tentang Tuhan seringkali beranggapan bahwa Tuhan terpisah dari makhluk-Nya. Keyakinan semacam itu seringkali menjerumuskan kita ke dalam sistem pemberhalaan baru. Ujung-ujungnya keyakinan semacam itu cenderung menghasilkan Tuhan yang pilih kasih, karena menganggap Tuhan itu hanya berpihak pada kaum tertentu saja. Saya pikir Tuhan yang pilih kasih bukanlah Tuhan yang asli, tapi Tuhan yang dikonsepkan oleh manusia sesuai kepentingan duniawi belaka.

Kembali ke pokok bahasan, berikut ini saya sajikan beberapa keterangan yang bersumber dari beberapa kitab suci yang menjelaskan bahwa Khalik dan makhluk adalah manunggal. Ayat-ayat berikut saya kutip dari Al-Qur'an:

”Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap maka di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah [2] : 115)

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang “Aku” maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat" (QS. Al-Baqarah [2] : 186)

"Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (QS. Qaaf [50] : 16)

"Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat" (QS. Al-Waqi’ah [56] : 85)

"Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu" (QS. Fushshilat [41] : 54)

“…Bersyukurlah kepada Allah, dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri…” (QS. Luqman [31] : 12)

Dari sumber Alkitab, kita bisa temukan dalam Yohanes 14:10, Yesus berkata, "...Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku...". Dan di dalam Yohanes 10 : 30 Yesus mengatakan, "Aku dan Bapa adalah satu." Bapa yang dimaksud mengacu pada Tuhan Semesta Alam, bukan seperti hubungan orangtua dan anak dalam pengertian biologis sebagaimana yang sering dijadikan bahan pelecehan oleh orang-orang yang tidak memahami ajaran Kristen dengan benar.

Berikutnya dari kitab suci umat Hindu saya kutip sebuah kisah. Seorang pemuda bernama Sretaketu telah mempelajari Weda selama dua belas tahun dan merasa telah cukup menguasainya. Ayahnya, Uddalaka, mengajukan sebuah pertanyaan yang tak bisa dijawabnya.

Kemudian ayahnya mengajarkan tentang kebenaran fundamental yang sama sekali belum diketahuinya. Dia memerintahkan anaknya untuk meletakkan sepotong garam di dalam air dan melaporkan hasilnya pada pagi hari berikutnya.

Ketika sang ayah memintanya untuk mengambil garam itu, Sretaketu tidak dapat menemukannya karena garam itu telah larut semuanya.
Uddalaka mulai bertanya:

"Maukah engkau mencicipi bagian ini? Seperti apa rasanya?" katanya.

"Garam."

"Cicipilah bagian tengahnya. Seperti apa?"

"Garam."

"Cicipilah bagian ujungnya. Seperti apa?"

"Garam."

"Buanglah itu dan mendekatlah padaku."

Sretaketu melakukan apa yang diperintahkan, namun itu tidak membuat garam menjadi berubah.
Uddalaka berkata:

"Anakku, memang benar bahwa engkau tidak bisa melihat wujud ada di sini. Esensi pertama ini dimiliki alam semesta sebagai Dirinya; Itulah yang Nyata; Itulah Diri; Itulah engkau, Sretaketu!"

Jadi, meskipun kita tidak dapat melihatnya, Brahman melingkupi dunia dan, sebagaimana Atman, abadi dalam diri setiap kita.

Nah, selanjutnya saya akan sajikan beberapa syair dari para sufi terkenal:

"Barang siapa mengenal Tuhannya, maka ia akan melihat-Nya dalam setiap sesuatu. Karena semua sesuatu berasal dan kembali karena Nya dan milik-Nya. Dialah esensi dari semua itu" (Al-Ghazali)

"Maha Suci Dzat yang menciptakan segala sesuatu dan Dialah sesuatu itu" (Ibnu Arabi)

"Jika kau ingin melihat wajah-Nya, maka tengoklah pada wajah sahabatmu tercinta" (Jalaluddin Rumi)

Alhasil, jika kita meyakini bahwa seluruh alam semesta ini merupakan perwujudan/manifestasi/tajalli Ilahi, maka rasa kasih sayang dan cinta akan bersemi di tiap-tiap hati kita semua tanpa sekat-sekat perbedaan yang selama ini menyempitkan pikiran, karena sejatinya kita adalah Satu. Ya, kita adalah alam semesta yang sedang mewujud sebagai manusia untuk rentang waktu tertentu saja. Sebab material alam semesta juga terkandung dalam tubuh kita.

Semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuhu.
Rahayu.
Om santi santi santi Om.

"9"


Home Home Home